Minggu, 28 September 2008

Menyambut Hari Kemenangan Melawan Hawa Nafsu


Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H. Alhamdulillah, setelah sebulan lamanya kita menjalani ibadah puasa ramadhan, sampailah kita pada momen hari kemenangan yang dirindu-rindukan oleh segenap kaum mukminin di seluruh penjuru dunia. Bulan suci yang penuh rahmat dan berkah telah berlalu. Di Indonesia, siklus hidup yang sempat berubah drastis selama sebulan lamanya, kini telah normal kembali.

Fenomena ramadhan kemarin begitu khidmat. Masjid-masjid begitu semarak oleh kaum muslimin yang datang melaksanakan shalat berjamaah. Laki-laki, perempuan, tua dan muda, semuanya berbaur menjadi satu. Sebagian besar masyarakat Indonesia menjadi begitu religius. Harapan kita, semoga kebiasaan untuk melaksanakan shalat lima waktu, bangun tengah malam untuk bertahajjud, berpuasa sunnah, membayar zakat, dan menyantuni anak yatim dan fakir-miskin tidak berhenti sampai di sini saja, akan tetapi terus berkelanjutan hingga Sang Khalik memanggil kita kembali. Momentum ramadhan kemarin, diharapkan dapat meningkatkan kesetiakawanan sosial kita kepada sesama.

Bulan suci ramadhan yang telah kita lalui, sesungguhnya hanyalah media training atau pelatihan untuk kemudian menjadi bekal bagi kita dalam bertempur melawan hawa nafsu diri kita sendiri di medan yang sesungguhnya pada bulan ini dan bulan-bulan berikutnya. Oleh karenanya manfaat dan hasilnya baru dapat kita rasakan pada bulan-bulan yang akan datang.

Sedih juga rasanya. Kita tidak pernah tahu, apakah kita akan bertemu lagi dengan bulan suci ramadhan yang penuh berkah itu tahun depan atau itu adalah ramadhan yang terakhir buat kita. Oleh karenanya sebelum malaikat pencabut nyawa datang, mari kita manfaatkan pengalaman ramadhan kemarin untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya sebagai bekal di akhirat kelak ketika kita menghadap-Nya, Tuhan semesta alam. Insya Allah.

3 komentar

Larangan Mendekati Zina

Cinta adalah adalah anugerah Tuhan yang terindah, cinta itu suci dan halal, namun cinta bisa menjadi haram, apabila kita salah dalam mengamalkannya. Cinta yang tidak dipagari oleh ikatan perkawinan yang sah menurut syariat Islam adalah haram hukumnya.

Allah berfirman dalam Al-Quran, surah Al-Isra’ ayat 32 :

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang amat buruk.” (QS 17:32).

Dalam ayat tersebut sangat jelas dan tidak perlu penafsiran lagi bahwa Allah melarang kita untuk sekedar mendekati zina, apalagi sampai melakukannya. Larangan mendekati di sini bermakna preventif atau antisipatif. Mengapa zina tidak boleh didekati? Logika yang paling mungkin adalah karena Allah Maha Tahu bahwa orang yang mendekati zina tidak akan mungkin bisa selamat dari zina oleh karena lemahnya manusia dan hebatnya tipu daya syaitan.

Imam Ibn Katsir menafsirkan makna dari kata laa taqrabu adalah janganlah kalian mendekati dan melakukan perbuatan yang dapat menjadi sebab bagi terjadinya perzinaan atau mengajak kepada zina tersebut karena itu adalah merupakan dosa besar dan perbuatan yang amat buruk. Oleh karenanya, jelaslah bahwa semua perbuatan yang mendekati zina, seperti berduaan, memegang, saling memandang, dan seterusnya, hukumnya haram berdasarkan ayat ini.

Dalam ajaran dan sejarah islam tidak dikenal istilah pacaran, sehingga tidak dikenal pula istilah pacaran islami sebagaimana didengung-dengungkan oleh pihak-pihak yang ingin membenarkan pacaran yang dibungkus dengan istilah Islam, seakan-akan perbuatan tersebut sesuai dengan ajaran Islam, padahal Nabi dan para sahabatnya tidak pernah menganjurkan dan mencontohkan prilaku berpacaran. Rasulullah tidak pernah mengajarkan umatnya untuk berdua-duaan dengan lawan jenis tanpa didahului oleh ikatan perkawinan yang sah menurut syariat Islam. Ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah sangat memuliakan wanita, sehingga apabila ada seorang pria yang menyukai seorang wanita, maka wajiblah ia untuk datang melamar dan menikahi wanita yang dimaksud secara baik-baik menurut syariat Islam.

Demikianlah adanya, semoga Al-Quran dan Hadist dapat menjadi inspirasi bagi kita untuk introspeksi diri. Semoga di bulan ramadhan yang penuh berkah ini, Allah memberikan hidayah kepada kita untuk kembali ke jalan yang benar. Insya Allah.

Sabtu, 06 September 2008

Training Melawan Hawa Nafsu

Marhaban ya Ramadhan. Alhamdulillah, akhirnya ramadhan yang dirindu-rindukan oleh segenap kaum mukminin di seluruh penjuru dunia datang lagi. Bulan suci yang penuh rahmat dan berkah. Di Indonesia, siklus hidup akan berubah drastis. Seseorang yang tidak terbiasa bangun tengah malam, akan mulai membiasakan diri untuk bangun tengah malam, makan sahur, shalat subuh, kemudian berjuang menahan lapar dan haus hingga adzan magrib berkumandang.

Pada awal ramadhan, masjid-masjid yang biasanya sepi akan menjadi semarak oleh kaum muslimin yang datang melaksanakan shalat tarwih. Laki-laki, perempuan, tua dan muda, semuanya berbaur menjadi satu. Begitulah ramadhan, segalanya terasa begitu khidmat. Sebagian besar masyarakat Indonesia akan berubah menjadi begitu relijius, setidaknya untuk sepekan-dua pekan pertama ramadhan.

Bulan suci ramadhan ini sesungguhnya hanyalah media training atau pelatihan bagi kita untuk kemudian bertempur melawan hawa nafsu diri kita sendiri di medan yang sesungguhnya pada bulan-bulan berikutnya. Oleh karenanya, manfaat dan hasilnya baru dapat kita rasakan pada bulan-bulan setelah ramadhan berakhir.

Kita tidak pernah tahu, apakah kita akan bertemu lagi dengan bulan suci yang penuh berkah ini tahun depan atau ini adalah ramadhan yang terakhir bagi kita. Oleh karenanya sebelum malaikat pencabut nyawa datang, mari kita sambut dan manfaatkan ramadhan ini dengan sebaik-baiknya. Harapan kita, semoga dengan bulan suci ramadhan ini, kita bisa meraih rahmat dan berkah dari Allah sebagai bekal di akhirat kelak ketika kita menghadap-Nya, Tuhan semesta alam. Insya Allah.

(Adnan, 31 Agustus 2008)


5 komentar