Selasa, 15 Februari 2011

Maulid Nabi

Hari ini tanggal 12 Rabiul Awal 1432 Hijriah atau 15 Februari 2011 Masehi, sebagian umat Islam di dunia merayakan Maulid Nabi atau Maulud. Berbeda dengan Muslim Sunni yang merayakannya setiap tanggal 12 Rabiul Awal, Muslim Syiah merayakan Maulid pada tanggal 17 Rabiul Awal. Umat Islam di Indonesia umumnya menyambut Maulid Nabi dengan mengadakan perayaan-perayaan seperti pembacaan shalawat nabi, pembacaan syair barzanji, dan pengajian.

Maulid Nabi adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW. Kata Maulid berasal dari kata maulid atau milad dalam bahasa Arab yang artinya hari lahir. Perayaan Maulid Nabi sebenarnya merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Peringatan Maulid Nabi ini merupakan ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW.

Perayaan Maulid ini pertama kali diperkenalkan pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193M). Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin yang ketika itu sedang berjuang dalam perang Salib melawan pasukan Kristen dari Eropa dalam memperebutkan kota Yerusalem.

Adapun para ulama yang berpaham Salaf dan Wahhabi tidak merayakan Maulid karena menganggap perayaan Maulid Nabi merupakan perbuatan bid’ah, yaitu kegiatan yang bukan merupakan ajaran Nabi Muhammad SAW. Sedangkan ulama lainnya berpendapat bahwa peringatan Maulid bukanlah hal yang bid’ah karena merupakan pengungkapan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW.

Terlepas dari pro dan kontra dari adanya peringatan Maulid Nabi ini, saya lebih suka memaknainya secara positif. Terlalu berlebihan kiranya apabila tradisi peringatan Maulid Nabi ini dilewatkan begitu saja hanya dengan alasan bid’ah, namun demikian Maulid Nabi ini juga tidak perlu dirayakan secara berlebihan, apalagi dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai dengan tuntunan syariat. Akan lebih bijak kiranya jika momentum Maulid Nabi ini kita manfaatkan untuk menumbuhkan atau membangkitkan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW yang selama ini mungkin agak terlupakan karena kesibukan kita masing-masing dengan diri sendiri dan keluarga.

Apa alasan kita untuk mencintai Nabi Muhammad SAW? Bukankah setiap umat Islam telah bersumpah bahwa Muhammad adalah utusan Allah, sehingga konsekuensinya wajib mengikuti segala tuntunannya dan hanya beliaulah yang paling patut kita jadikan idola atau panutan. Bukan itu saja, dalam berbagai riwayat, semasa hidupnya Nabi Muhammad SAW ternyata lebih mencintai kita semua umatnya daripada diri sendiri dan keluarganya. Beliau selalu berkorban dan tidak pernah putus berdoa untuk keselamatan kita semua umatnya pada akhir jaman nanti. Bahkan di akhir hayatnya, kata terakhir yang beliau ucapkan bukan nama anak, cucu, atau istri beliau, akan tetapi dengan menyebut kita semua, “umatku, umatku...” Oleh karenanya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak membalas cintanya yang tak bertepi itu dengan cinta.

Sebenarnya banyak cara untuk meningkatkan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam suatu kesempatan ketika mengunjungi kota suci Madinah, setiap selesai melaksanakan shalat 5 waktu di Masjid Nabawi, meski harus mengantri dan berdesak-desakan dengan jamaah lainnya, saya selalu menyempatkan diri untuk berziarah ke makam beliau yang dahulunya adalah juga kediaman beliau dan letaknya berdampingan dengan Masjid Nabawi. Bagi saya, meski tidak dapat menyentuh makamnya, bisa melihat makamnya dan menyampaikan salam kepada beliau saja sudah merupakan anugerah yang luar biasa. Ada juga yang mengekspresikan kecintaan kepada beliau dengan mengikuti segala hal yang menyangkut beliau, mulai dari kebiasaan, cara berpakaian, memelihara janggut, hingga makanan kesukaan beliau, dan sebagainya. Namun demikian hal yang paling penting dalam mengekspresikan kecintaan kepada beliau tentu adalah dengan mengikuti segala tuntunan dan sunnah beliau. InsyaAllah.

(dari berbagai sumber)

Kamis, 12 Agustus 2010

Ramadan Mubarak

Alhamdulillah, akhirnya ramadan yang dirindu-rindukan oleh segenap kaum mukmin di seluruh penjuru dunia datang lagi. Ramadan adalah bulan suci yang mubarak, bulan yang penuh dengan berkah. Allah Subhanu wa-ta’ala memberkahi bulan ini dengan banyak keutamaan. Selain merupakan bulan diturunkannya Al-Quran untuk yang pertama kalinya, banyak keberkahan lain di bulan suci ini. Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda :

“Jika datang bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu rahmat dan ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggulah syetan.” (diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

“Siapa yang berpuasa di bulan Ramadan karena beriman dan mengharapkan pahala, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang lalu.” (diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

“Sesungguhnya Allah pada setiap hari dan malam di bulan Ramadan memiliki hamba-hamba yang dibebaskan dari neraka, sesungguhnya setiap muslim memiliki doa yang ia berdoa dengannya, lantaran itu doanya dikabulkan.” (diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan Ahmad).

Beruntunglah kita yang masih diberikan kesempatan untuk bertemu lagi dengan Ramadan yang mubarak ini.

Di Indonesia, siklus hidup berubah drastis. Orang yang tidak terbiasa bangun tengah malam, akan mulai membiasakan diri untuk bangun tengah malam, makan sahur, shalat subuh, kemudian berjuang menahan lapar dan haus serta hawa nafsunya hingga adzan magrib berkumandang.

Pada awal ramadan, masjid-masjid yang biasanya sepi akan menjadi semarak oleh kaum muslimin yang datang melaksanakan shalat taraweh. Laki-laki, perempuan, tua dan muda, semuanya berbaur menjadi satu. Begitulah ramadan, segalanya terasa begitu khidmat. Sebagian besar masyarakat Indonesia akan berubah menjadi begitu religius, setidaknya untuk sepekan-dua pekan pertama ramadan.

Bulan suci ramadan ini sesungguhnya hanyalah bulan tarbiyah atau media pelatihan sebagaimana firman Allah Subhanu wa-ta’ala dalam Al Qur’an Surat Al Baqoroh Ayat 183 :

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Ramadan ini hanyalah media untuk pelatihan bagi kita untuk kemudian bertempur melawan hawa nafsu diri kita sendiri di medan yang sesungguhnya pada bulan-bulan berikutnya. Oleh karenanya, manfaat dan hasilnya baru dapat kita rasakan pada bulan-bulan setelah ramadan berakhir.

Kita tidak pernah tahu, apakah kita akan bertemu lagi dengan bulan suci yang penuh berkah ini tahun depan atau ini adalah ramadan yang terakhir bagi kita. Oleh karenanya sebelum malaikat pencabut nyawa datang, mari kita manfaatkan ramadan ini dengan sebaik-baiknya. Harapan kita, semoga dengan bulan suci ramadan ini, kita bisa meraih rahmat dan berkah dari Allah sebagai bekal di akhirat kelak ketika kita menghadap-Nya, Tuhan semesta alam. Insya Allah.

(dari berbagai sumber)

Kamis, 17 Juni 2010

The Way to Happiness

Terungkapnya makelar kasus (markus) yang melibatkan Gayus Tambunan (GT), pegawai Direktorat Jenderal Pajak, berdampak luar biasa terhadap Pengadilan Pajak. Apalagi setelah adanya tudingan bahwa potensi korupsi terbesar dalam kasus pajak ada di Peng­adilan Pajak. Ditambah lagi dengan pengakuan GT yang mengatakan pernah memberikan sejumlah uang kepada oknum panitera di Pengadilan Pajak terkait dengan kasus yang ditanganinya. Meski hal tersebut sudah dibantah oleh yang bersangkutan dan belum diuji kebenarannya melalui persidangan, namun semua itu telah menimbulkan keresahan di kalangan hakim dan pegawai di Pengadilan Pajak.

Sehubungan dengan hal tersebut, beberapa waktu yang lalu, Kerohanian Islam (Rohis) Pengadilan Pajak mengadakan ceramah motivasi dengan tajuk The Way to Happiness dengan menampilkan dr. Arief Alamsyah, seorang motivator asal Malang sebagai pembicara.

Ceramah motivasi yang dihadiri oleh pimpinan, hakim, dan pegawai Pengadilan Pajak tersebut berlangsung dengan santai. Dengan gaya dr. Arief yang jenaka, selain mendapatkan pencerahan, hadirin juga terhibur dengan banyolan-banyolan segarnya.

Memang tidak ada orang stress yang mau mengakui kalau dirinya sedang stress. Dr. Arif mencontohkan dengan bercerita tentang seorang yang marah-marah karena tidak terima dikatakan stress. Sikapnya yang marah-marah tersebut justru menunjukkan kalau dia memang sedang stress. Menurutnya, orang kalau sudah burn out atau sudah capek dalam hidupnya, segala sesuatu itu rasanya hambar. Harvard Business Review sudah pernah membahas mengenai burn out ini sejak 20 tahun yang lalu. Banyak pegawai yang merasa capek hidupnya, padahal tidak melakukan apa-apa. Letih tanpa alasan yang jelas. Ini yang disebut dengan cronic fatigue syndrome atau sindroma keletihan kronis. Di kantor dan di rumah selalu merasa capek. Apabila dia ditanya banyak masalah apa tidak, dia akan menjawab tidak ada masalah. Kenapa bisa begitu? Karena masalah dia itu sudah tertimbun di alam bawah sadarnya.

Lantas bagaimana mengatasi hal tersebut? Kuncinya adalah berubah. Tuhan tidak akan mengangkat masalah kita, jika kita sendiri tidak mau berubah. Tidak ada kata terlambat untuk berubah, justru di usia 40 keatas mestinya kita reborn atau lahir kembali. Saatnya untuk menjadi agent of change atau agen perubahan. Tapi harus diingat, perubahan itu tidak mungkin datang sendirian, perubahan itu selalu datang bersama sahabat-sahabatnya, dan sahabat-sahabatnya itu adalah hinaan, cacian, dan makian. Nabi Muhammad SAW dahulu juga dihina dan dilempari karena ingin mengubah sistem keyakinan, dari sistem jahiliyah ke sistem islam.

Dr. Arif mengingatkan bahwa masalah kita tidak akan selesai hanya dengan mengeluh seperti yang sering dilakukan saat ini. Mengeluh itu seperti meludah ke langit, akan balik lagi. Menurutnya lagi, masalah kita yang buat sendiri, jadi untuk apa mengeluh? Mestinya tidak usah mengeluh, tapi menyelesaikan masalah. Masalah harus dilepaskan. Kebahagiaan itu sebenarnya kuncinya cuma dua, yaitu kesenangan dan makna.

Menurutnya lagi, hal yang paling penting itu sebenarnya bukan seberapa banyak yang kita miliki, tapi seberapa banyak yang kita nikmati. Apa yang bisa dinikmati, bila kemana-mana kita ketakutan? handphone takut disadap. Apa yang bisa dinikmati bila anak di rumah bertanya, “kok kantor bapak masuk koran terus, sih?”

Namun demikian kita semua tidak harus berputus asa. Apapun masalahnya, asal kita mau introspeksi diri, Tuhan akan menunjukkan jalan keluarnya. Kita ikhtiar dan pasrahkan saja kepada Tuhan karena Tuhan yang mahatahu mana yang terbaik buat kita. Bisa jadi ada blessing in disguise, artinya ada sebuah anugerah di balik ketidakenakan. Makanya ada kata pepatah, “Aku minta kekuatan kepada Tuhan, namun Tuhan memberiku masalah supaya aku kuat.”

Sesungguhnya suatu masalah itu bukan berat-ringannya, tapi seberapa lama masalah itu bersarang di alam bawah sadarnya. Dr. Arif memberi tahu bagaimana cara melepaskan diri dari sindroma keletihan kronis tersebut dengan metode sedona. Caranya dengan bertanya pada diri sendiri, “Apakah kamu merasa sedih?” Lalu dijawab sendiri, “Iya.” Lalu, “Apakah kamu menerima rasa sedih itu berada di dalam hati kamu?” Lalu dijawab, “Iya.” Lalu, “Apakah kamu mau melepaskan rasa sedih itu?” Lalu dijawab, “Iya.” Lalu bertanya lagi, “Kapan?” Lalu dijawab, “Sekarang.” Lalu ditutup dengan kepasrahan kepada Tuhan. Jika hal itu dilakukan dengan khusyuk, maka kita akan berhasil.

Kesimpulannya, orang yang bahagia bukan orang yang tidak punya masalah, orang yang bahagia bukan orang yang tidak pernah sedih, tapi orang yang bahagia yakin tidak ada kesedihan yang abadi. Sesudah kesulitan, pasti ada kemudahan. Orang yang bahagia bukan orang yang tidak pernah sakit hati, tapi orang yang bahagia adalah orang yang ketika sakit hati dia mau memaafkan. Orang bahagia bukan orang yang memiliki segalanya, tapi menikmati dan mensyukuri apa yang ada. Mestinya kita bersabar dengan masalah yang ada saat ini untuk suatu kenikmatan di kemudian hari. Kita yang memilih kenikmatan sekarang, mestinya juga siap ketika di kemudian hari kita mendapatkan kesusahan. Tuhan tidak akan memberikan ujian masalah yang kita tidak sanggup menghadapinya. Masalah itu diberikan, mungkin karena Tuhan ingin kita merubah kebiasaan lama kita.

Demikianlah motivasi dari dr. Arief, semoga bermanfaat bagi kita semua untuk introspeksi diri demi menemukan kembali kebahagiaan.

Kamis, 10 Juni 2010

Ketika Rasa Malu Hilang

Sepekan terakhir ini masyakarat Indonesia dikejutkan oleh beredarnya video porno yang mempertontonkan adegan seks antara seorang laki-laki yang mirip penyanyi idola Ariel Peterpan dengan seorang perempuan yang mirip artis Luna Maya. Sepasang kekasih yang belum resmi menjadi suami-istri itu, tanpa sungkan merekam adegan seks bebas yang mereka lakukan di sebuah kamar hotel. Empat hari kemudian, muncul lagi video porno yang lebih mengejutkan. Kali ini menampilkan adegan seks antara seorang laki-laki yang mirip Ariel Peterpan dengan seorang perempuan yang mirip presenter gosip terkenal Cut Tari yang kita ketahui telah bersuami dan beranak satu. Bahkan beredar kabar, selain kedua video tersebut masih ada sekitar 30-an video lagi.

Kasus video porno ini bukanlah hal yang baru, pada tahun 2006 yang lalu kita juga pernah digegerkan dengan tersebarnya video porno yang mempertontonkan adegan seks bebas antara seorang penyanyi dangdut Maria Eva dengan seorang yang mirip anggota DPR waktu itu Yahya Zaini yang kita ketahui telah beristri. Selain itu masih banyak kasus-kasus lainnya.

Selain kasus video porno tersebut, sepekan terakhir ini kita juga dibuat sangat prihatin dengan prilaku sebagian anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar yang tanpa sungkan menuntut jatah kepada pemerintah Rp15 miliar per anggota untuk dana pembinaan daerah pemilihan dalam RAPBN Tahun 2011. Padahal keinginan anggota DPR tersebut jelas-jelas sangat bertentangan dengan tugas dan wewenangnya sebagai lembaga legislatif dan telah berusaha untuk mengambil alih tugas dan wewenang pemerintah sebagai lembaga eksekutif yang mengelola keuangan negara dan melaksanakan pembangunan. Belakangan ini, fraksi-fraksi partai pendukung pemerintah ramai-ramai menolak usulan tersebut, kecuali Fraksi Partai Golkar yang tetap ngotot. Bahkan beberapa politisi dari Partai Golkar di DPR mengancam apabila pemerintah tetap menolak usulan dana tersebut, maka pembahasan APBN Tahun 2011 akan deadlock.

Hal tersebut hanya sebagian contoh bagaimana para anggota DPR dan selebritis di negeri ini yang seharusnya menjadi panutan justru melakukan hal-hal yang tidak pantas ditiru. Dalam masyarakat umum prilaku yang tidak mencerminkan rasa malu juga sering kita jumpai, seperti misalnya bagaimana para remaja kita tidak lagi malu untuk bermesraan dengan pacarnya di tempat-tempat umum. Bahkan yang lebih memprihatinkan lagi, tidak sedikit wanita yang mengenakan jilbab atau kerudung tanpa sungkan bermesraan di depan umum dengan lawan jenisnya yang belum menjadi suaminya. Semua itu bukan hanya bertentangan dengan etika, moral, dan budaya bangsa, namun juga ajaran agama. Mengapa itu bisa terjadi? Karena rasa malu tidak ada lagi pada diri mereka.

Salah satu ciri utama atau fitrah manusia adalah memiliki rasa malu. Ketika rasa malu itu hilang, maka manusia akan mengikuti hawa nafsunya dan mengabaikan petunjuk akal dan nuraninya. Lunturnya rasa malu merupakan parameter lunturnya iman, sebab rasa malu akan hilang dengan sendirinya tatkala iman sudah terkikis. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW bahwa malu dan iman saling berpasangan, bila salah satunya hilang, maka yang lain turut hilang (HR. Bukhari-Muslim).

Manusia akan hidup mulia dalam kebaikan selama rasa malu masih terpelihara. Mari kita tanamkan rasa malu pada diri kita dan keluarga sejak dini. Dengan rasa malu yang tertanam di kalbu kita, maka hidup kita akan tenteram, baik di dunia maupun di akhirat nanti. Semoga.

(dari berbagai sumber)


Jumat, 28 Mei 2010

Jalur Khusus Masuk Surga

Kita tentu sering mendengar istilah surga. Meski pengertian surga dalam setiap agama tidak sama persis, namun pada dasarnya mempunyai makna yang sama. Surga dapat kita pahami sebagai tempat yang istimewa, penuh dengan kenikmatan. Di sana terdapat taman yang indah, penuh dengan bunga, mengalir sungai dengan air yang jernih, pohon-pohon yang selalu berbuah dan siap dipetik, pokoknya segala yang kita inginkan akan dengan mudah kita dapatkan, dan masih banyak lagi kenikmatan lainnya.

Setiap orang tentu mendambakan surga, namun laiknya sebuah tempat yang istimewa, untuk dapat masuk ke dalamnya tentu tidak dengan cuma-cuma atau gratis. Banyak kewajiban dan larangan dari pemilik surga itu yang mesti dipatuhi. Bagi kita yang menganut Islam, wajib mengucap dua kalimat syahadat dan meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang esa dan Nabi Muhammad s.a.w adalah utusan Allah, menunaikan shalat lima kali setiap hari, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadan, serta menunaikan ibadah Haji jika mampu. Tidak hanya itu, kita juga wajib mematuhi segala larangan Allah. Untuk menambah pahala, kita juga dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan ibadah tambahan, seperti shalat sunnah, puasa sunnah, berinfaq, sadaqah, dan sebagainya. Pada hari akhir nanti, segala amal perbuatan kita tersebut akan dihisab atau dihitung untuk menentukan layak atau tidaknya kita untuk masuk ke surga. Jalur ini adalah jalur yang umum atau berlaku bagi setiap manusia.

Ada jalur umum, tentu ada jalur khusus. Kita tentu sering mendengar istilah jalur khusus. Ada banyak macam jalur khusus, ada jalur khusus masuk perguruan tinggi negeri favorit, jalur khusus kendaraan bermotor roda empat atau lebih, jalur khusus busway, dan sebagainya. Namun jalur khusus yang akan kita bahas di sini tentu adalah jalur khusus yang terkait dengan cara kita masuk ke surga di hari akhir nanti. Dengan jalur khusus tersebut, seseorang dapat langsung melenggang masuk ke surga tanpa melalui hisab terlebih dahulu.

Sebagaimana lazimnya, jalur khusus adalah jalur yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang tertentu atau sesuatu yang tertentu dengan syarat-syarat yang tertentu pula. Demikian pula untuk masuk ke surga melalui jalur khusus, tentu diperlukan amalan-amalan atau kegiatan-kegiatan yang khusus pula, yaitu amalan-amalan yang tidak semua orang dapat melakukannya.

Lantas seperti apakah amalan-amalan yang khusus itu, sehingga tidak semua orang dapat melakukannya? Kita tentu membayangkan amalan-amalan khusus yang dapat diunggulkan untuk masuk ke surga melalui jalur khusus itu sangat berat dan sulit untuk dilakukan. Kenyataannya amalan-amalan khusus tersebut justru lebih banyak merupakan amalan-amalan sederhana yang terkadang terlihat sepele dan sering kita abaikan, namun menjadi khusus dan istimewa di mata Allah karena amalan-amalan tersebut dilakukan dengan senang hati dan ikhlas semata karena Allah, selalu dijadikan prioritas utama, konsisten, dan tidak pernah disampaikan kepada orang lain dengan maksud membanggakan diri.

Amalan-amalan yang dapat diketegorikan sebagai amalan unggulan antara lain adalah sebagaimana dikisahkan dalam hadist Rasulullah yang diriwayatkan oleh Bukhari tentang seorang pelacur yang memberi minum seekor anjing yang kehausan, lalu ada seorang nenek yang selalu membersihkan masjid tanpa mengharapkan pamrih, seorang muadzin yang selalu mengumandangkan adzan dengan ikhlas, seorang anak yang selalu memenuhi kebutuhan orang tuanya, seorang pemuda yang selalu berusaha mengendalikan hawa nafsu syahwatnya, seorang majikan yang memberikan semua hasil usahanya kepada mantan pegawainya karena modal usahanya tersebut berasal dari sisa gaji pegawai yang tadinya belum sempat dibayarkan kepada pegawai tersebut, dan masih banyak lagi amalan-amalan unggulan lainnya.

Demikianlah amalan-amalan unggulan yang dapat digunakan untuk mendapatkan tiket jalur khusus masuk surga. Apakah kita sudah punya amalan unggulan? Semoga kisah-kisah tersebut dapat kita ambil hikmahnya dan diteladani, sehingga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang beruntung tersebut. Amin.

Minggu, 09 Mei 2010

Terhina di Hadapan Ka'bah

Bagi umat Islam, Ka’bah tentu sudah sangat dikenal. Ka’bah adalah sebuah bangunan berbentuk kubus yang terletak di tengah-tengah Masjidil Haram, kota Mekah. Bangunan ini adalah situs suci bagi umat Islam yang dijadikan patokan arah kiblat bagi umat Islam di seluruh dunia ketika melaksanakan shalat maupun ibadah lainnya seperti haji dan umrah.

Saya merasa sangat beruntung karena sudah sempat melihat langsung, mengelilingi (tawaf), menyentuh, mencium, bahkan masuk dan shalat di dalamnya. Semua itu tentu bisa terjadi berkat rahmat dari Allah. Banyak orang yang telah berlimpah harta namun belum tergerak hatinya untuk datang karena memang belum mendapat panggilan dari Allah. Saya sendiri sudah mengimpikan dapat megunjungi Ka’bah ketika kedua orang tua dan kakek-nenek saya pertama kali menceritakannya di masa kanak-kanak dahulu, namun baru dapat terwujud ketika dewasa.

Pertemuan dengan Ka’bah adalah pengalaman spiritual yang luar biasa yang tidak akan mungkin saya lupakan seumur hidup. Meski Ka’bah hanyalah tumpukan batu hitam yang dibangun menjadi bangunan persegi empat, meski Ka’bah hanyalah benda mati yang dijadikan patokan arah kiblat bagi umat Islam di seluruh dunia, namun bagi saya bangunan ini mempunyai daya magis yang luar biasa yang tidak dapat saya ungkapkan dengan kata-kata.

Tentu masih banyak yang belum begitu mengetahui seperti apa dan bagaimana sejarah Ka’bah yang juga dinamakan Bayt Al Atiq atau Rumah Tua ini hingga menjadi situs suci bagi umat Islam sampai saat ini. Kata Ka'bah berasal dari bahasa Arab, yang berarti bangunan persegi empat, akan tetapi bentuknya tidak sama sisi. Tinggi bangunan Ka'bah dari dasar tanah 15 meter, lebar pada arah pintunya 11,58 meter, lebar pada bagian Hijir Ismail 10,22 meter, lebar antara Hijir Ismail dan Rukun Yamani bagian barat 11,93 meter, lebar antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad 10,13 meter.

Tidak ada yang tahu persis oleh siapa dan kapan Ka’bah ini pertama kali dibangun. Yang pasti, menurut Al Quran, Ka’bah atau Baitullah ini merupakan rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadah bagi manusia (QS Ali’Imran : 96). Kemungkinan Ka’bah pertama kali dibangun oleh para malaikat atas perintah Allah, kemudian dibangun kembali oleh manusia pertama Nabi Adam Alaihissalam. Menurut sejarahnya, sejak awal dibangunnya sampai tahun 1040 Hijriah atau 1630 Masehi, Ka'bah telah mengalami renovasi sebanyak 11 kali. Setelah Nabi Adam Alaihissalam, pembangunan Ka’bah dilanjutkan oleh putranya Syits, dipugar oleh Nabi Ibrahim Alaihissalam bersama putranya Nabi Ismail Alaihissalam, kemudian oleh suku Amaliqah, suku Jurhum, dan Qushay bin Kilab.

Pada awalnya bangunan Ka'bah, sebagaimana pondasi yang dibangun oleh Nabi Ibrahim Alaihissalam bersama Nabi Ismail Alaihissalam, terdiri atas dua pintu yang terletak tepat di atas tanah, tidak seperti sekarang yang pintunya terletak agak tinggi, sedangkan Hijir Ismail termasuk bagian dalam Ka'bah. Pada masa Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wassallam berusia 30 tahun dan belum diangkat menjadi Rasul, sekitar tahun 600 Masehi, banjir bandang melanda kota Mekah yang mengakibatkan Ka’bah mengalami kerusakan. Bangunan Ka’bah kembali direnovasi oleh suku Quraisy. Pada saat itu bangunan Ka'bah dibuat hanya satu pintu, sedangkan bagiannya yang tidak dimasukkan ke dalam bangunan Ka'bah yang berbentuk kubus, diberi tanda setengah lingkaran pada salah satu sisi Ka'bah, yang disebut Hijir Ismail. Pada tahun 683 Masehi, renovasi kesembilan Ka'bah dilakukan oleh Zubeir bin Awwam, kemudian Al Hajjaj bin Yusuf Al Tsaqafi, hingga Ka'bah sebagaimana dapat kita temui sampai saat ini adalah hasil dari renovasi yang dilakukan oleh Sultan Murad, salah seorang Sultan dari Kerajaan Turki Utsmani.

Pada saat menjelang Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wassallam diangkat menjadi Rasul sampai kepindahannya ke kota Madinah, lingkungan Ka'bah penuh dengan patung-patung yang merupakan perwujudan tuhannya bangsa Arab jahilliyah. Ketika Rasulullah membebaskan kota Mekah dari kaum kafir Quraisy, Rasulullah memerintahkan untuk menghancurkan patung-patung tersebut, baik yang ada di dalam maupun di luar Ka’bah. Untuk menghilangkan bekas-bekas kemusyrikan, Rasulullah kemudian mencuci Ka'bah. Ketika itu kaum muslimin mengambil air zamzam dan mencuci luar dan dalam Ka'bah, sehingga bekas-bekas kemusyrikan itu terkikis habis. Upacara pencucian Ka’bah ini kemudian menjadi tradisi dalam Kerajaan Arab Saudi hingga kini. Dalam setahun Ka'bah dicuci dua kali, yaitu pada awal bulan Dzulhijjah dan pada awal bulan Sya'ban.

Selanjutnya bangunan ini diurus dan dipelihara oleh Bani Sya’ibah sebagai pemegang kunci Ka'bah, sedangkan administrasi serta pelayanan haji dan umrah diatur oleh pemerintahan khalifah Abu Bakar As-Siddiq, kemudian dilanjutkan oleh Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, Dinasti Ummayyah, Dinasti Abbasiyyah, Dinasti Usmaniyah Turki, hingga pemerintahan Kerajaan Arab Saudi yang kini bertindak sebagai pelayan dua kota suci, Mekah dan Madinah.

Sejak zaman Nabi Ismail Alaihissalam, Ka'bah sudah diberi penutup yang disebut Kiswah. Kiswah yang terbuat dari kain sutra berwarna hitam yang pertama kali adalah pemberian dari Al Hajjaj pada tahun 684 Masehi. Sementara kiswah yang ada sekarang adalah sutra asli yang dilengkapi dengan kaligrafi dari benang emas yang dibuat di pabrik khusus oleh pemerintah Kerajaan Arab Saudi dengan tenaga ahli berjumlah 240 orang. Kiswah ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian dalam berwarna hijau dan luarnya berwarna hitam. Kiswahnya diganti sekali dalam setahun.

Ka'bah sebagai bangunan suci umat Islam dalam beribadah memiliki keistimewaan sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran bahwa sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk manusia adalah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia (QS Ali’Imran : 96), Allah juga telah menjadikan Ka’bah, rumah suci itu sebagai pusat peribadatan bagi manusia (QS Al-Maa-idah : 97). Letak Ka’bah oleh para ulama diyakini berada pada garis lurus dengan Baitul Makmur atau pusat ibadah para malaikat di langit. Allah menurunkan 120 rahmat di Ka'bah. 60 rahmat-Nya diberikan kepada orang yang sedang tawaf, yang 40 diberikan kepada mereka yang shalat, dan yang 20 rahmat-Nya lagi diberikan kepada mereka yang sedang memandangi Ka'bah.

Saya merasa sangat dirahmati oleh Allah karena diberi kesempatan bukan hanya sekedar melihat langsung, namun juga melaksanakan tawaf (mengelilingi), menyentuh, mencium Hajar Aswad, bahkan melaksanakan shalat di dalam Hijir Ismail yang termasuk bagian dalam Ka’bah. Entah mengapa, ketika selesai melaksanakan shalat di Hijir Ismail, saya bersimpuh dan merasa begitu tidak berdaya di dalam rumah Allah itu, saya begitu kecil di hadapan Allah, tidak berarti apa-apa. Seketika itu juga saya teringat telah begitu banyak nikmat yang telah diberikan Allah, namun begitu sering pula saya mengingkarinya, tidak melaksanakan perintah-Nya, dan larut dalam perbuatan yang sia-sia. Saya betul-betul merasa terhina di hadapan-Nya. Saat itu tidak ada yang bisa saya lakukan selain memohon ampunan-Nya dengan berurai air mata. Beruntunglah saya karena masih diberikan kesempatan bertobat di rumah-Nya sebelum pintu tobat ditutup.

Demikianlah sepenggal cerita mengenai Ka’bah dan pengalaman spiritual saya ketika mengunjunginya. Semoga bermanfaat. Semoga kita semua senantiasa memperoleh rahmat Allah agar berkesempatan berjumpa dengan Ka’bah sebelum ajal menjemput kita. InsyaAllah.

(dari berbagai sumber)