Selasa, 15 Februari 2011

Maulid Nabi

Hari ini tanggal 12 Rabiul Awal 1432 Hijriah atau 15 Februari 2011 Masehi, sebagian umat Islam di dunia merayakan Maulid Nabi atau Maulud. Berbeda dengan Muslim Sunni yang merayakannya setiap tanggal 12 Rabiul Awal, Muslim Syiah merayakan Maulid pada tanggal 17 Rabiul Awal. Umat Islam di Indonesia umumnya menyambut Maulid Nabi dengan mengadakan perayaan-perayaan seperti pembacaan shalawat nabi, pembacaan syair barzanji, dan pengajian.

Maulid Nabi adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW. Kata Maulid berasal dari kata maulid atau milad dalam bahasa Arab yang artinya hari lahir. Perayaan Maulid Nabi sebenarnya merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Peringatan Maulid Nabi ini merupakan ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW.

Perayaan Maulid ini pertama kali diperkenalkan pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193M). Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin yang ketika itu sedang berjuang dalam perang Salib melawan pasukan Kristen dari Eropa dalam memperebutkan kota Yerusalem.

Adapun para ulama yang berpaham Salaf dan Wahhabi tidak merayakan Maulid karena menganggap perayaan Maulid Nabi merupakan perbuatan bid’ah, yaitu kegiatan yang bukan merupakan ajaran Nabi Muhammad SAW. Sedangkan ulama lainnya berpendapat bahwa peringatan Maulid bukanlah hal yang bid’ah karena merupakan pengungkapan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW.

Terlepas dari pro dan kontra dari adanya peringatan Maulid Nabi ini, saya lebih suka memaknainya secara positif. Terlalu berlebihan kiranya apabila tradisi peringatan Maulid Nabi ini dilewatkan begitu saja hanya dengan alasan bid’ah, namun demikian Maulid Nabi ini juga tidak perlu dirayakan secara berlebihan, apalagi dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai dengan tuntunan syariat. Akan lebih bijak kiranya jika momentum Maulid Nabi ini kita manfaatkan untuk menumbuhkan atau membangkitkan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW yang selama ini mungkin agak terlupakan karena kesibukan kita masing-masing dengan diri sendiri dan keluarga.

Apa alasan kita untuk mencintai Nabi Muhammad SAW? Bukankah setiap umat Islam telah bersumpah bahwa Muhammad adalah utusan Allah, sehingga konsekuensinya wajib mengikuti segala tuntunannya dan hanya beliaulah yang paling patut kita jadikan idola atau panutan. Bukan itu saja, dalam berbagai riwayat, semasa hidupnya Nabi Muhammad SAW ternyata lebih mencintai kita semua umatnya daripada diri sendiri dan keluarganya. Beliau selalu berkorban dan tidak pernah putus berdoa untuk keselamatan kita semua umatnya pada akhir jaman nanti. Bahkan di akhir hayatnya, kata terakhir yang beliau ucapkan bukan nama anak, cucu, atau istri beliau, akan tetapi dengan menyebut kita semua, “umatku, umatku...” Oleh karenanya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak membalas cintanya yang tak bertepi itu dengan cinta.

Sebenarnya banyak cara untuk meningkatkan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam suatu kesempatan ketika mengunjungi kota suci Madinah, setiap selesai melaksanakan shalat 5 waktu di Masjid Nabawi, meski harus mengantri dan berdesak-desakan dengan jamaah lainnya, saya selalu menyempatkan diri untuk berziarah ke makam beliau yang dahulunya adalah juga kediaman beliau dan letaknya berdampingan dengan Masjid Nabawi. Bagi saya, meski tidak dapat menyentuh makamnya, bisa melihat makamnya dan menyampaikan salam kepada beliau saja sudah merupakan anugerah yang luar biasa. Ada juga yang mengekspresikan kecintaan kepada beliau dengan mengikuti segala hal yang menyangkut beliau, mulai dari kebiasaan, cara berpakaian, memelihara janggut, hingga makanan kesukaan beliau, dan sebagainya. Namun demikian hal yang paling penting dalam mengekspresikan kecintaan kepada beliau tentu adalah dengan mengikuti segala tuntunan dan sunnah beliau. InsyaAllah.

(dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar: