Sabtu, 06 Desember 2008

Hikmah Berqurban

Alhamdulillah kita bertemu lagi dengan Hari Raya Idul Adha yang mulia ini. Setiap amalan yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada kita, dibalik itu pasti ada hikmah dan manfaat, baik bagi yang melaksanakan maupun bagi masyarakat di sekitarnya. Demikian pula dengan perintah untuk berqurban di Hari Raya Idul Adha.

Hikmah melaksanakan qurban, dapat ditinjau dalam dua dimensi yang berbeda, baik dimensi vertikal maupun dimensi horizontal. Ditinjau dari dimensi vertikal atau hubungan antara manusia dengan Penciptanya, hikmah dan manfaatnya selain mendapatkan pahala yang besar, menjadikan kita sebagai orang yang pandai bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah yang secara langsung akan berdampak pada peningkatan taqwa kita kepada-Nya. Sedangkan dimensi horizontalnya adalah menimbulkan dan memelihara rasa solidaritas sosial dengan sesama umat muslim dan masyarakat di sekitar kita. Makna berbagi ini akan meningkatkan rasa persaudaraan dalam masyarakat.

Demikianlah, keikhlasan Nabiullah Ibrahim AS. untuk mengorbankan putranya Ismail AS demi baktinya kepada Sang Pencipta dan Pemilik Hidup, semestinya senantiasa kita teladani dan amalkan. Berqurban pada Hari Raya Idul Adha ini sesungguhnya hanyalah trigger atau pemicu bagi kita untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Sang Pemilik alam semesta ini, Allah SWT dan menumbuhkan rasa solidaritas sosial kita kepada sesama kemudian diaplikasikan dalam prilaku hidup kita pada hari-hari berikutnya.

Harapan kita, semoga dengan momentum Hari Raya Idul Adha ini, kita bisa meraih rahmat dan berkah dari Allah sebagai bekal di akhirat kelak ketika kita kembali pada-Nya, Tuhan semesta alam. Insya Allah.

Minggu, 19 Oktober 2008

Wanita oh Wanita

Mungkin bisa menjadi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yg selama ini selalu menghantui kaum perempuan…
Kaum feminis bilang susah jadi wanita, Islam memenjarakan wanita, lihat saja peraturan dibawah ini:
1. Wanita auratnya lebih susah dijaga (lebih banyak) dibanding lelaki.
2. Wanita perlu meminta izin dari suaminya apabila mau keluar rumah tetapi tidak sebaliknya.
3. Wanita saksinya (apabila menjadi saksi) kurang berbanding lelaki.
4. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki.
5. Wanita perlu menghadapi kesusahan mengandung Dan melahirkan anak.
6. Wanita wajib taat kepada suaminya, sementara suami tak perlu taat pada isterinya.
7. Talak terletak di tangan suami Dan bukan isteri.
8. Wanita kurang dalam beribadat karena adanya masalah haid Dan nifas yang tak Ada pada lelaki.

Itu sebabnya mereka tidak henti-hentinya berpromosi untuk "MEMERDEKAKAN WANITA".
Pernahkah Kita lihat sebaliknya (kenyataannya) ?

1. Benda yang Mahal harganya akan dijaga Dan dibelai serta disimpan ditempat yang teraman Dan terbaik. Sudah pasti intan permata tidak akan dibiarkan terserak bukan? Itulah bandingannya dengan seorang wanita.

2. Wanita perlu taat kepada suami, tetapi tahukah lelaki wajib taat kepada ibunya 3 kali lebih utama daripada kepada bapaknya?

3. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki, tetapi tahukah harta itu menjadi milik pribadinya Dan tidak perlu diserahkan kepada suaminya, sementara apabila lelaki menerima warisan, Ia perlu/wajib juga menggunakan hartanya untuk isteri Dan anak-anak.

4. Wanita perlu bersusah payah mengandung Dan melahirkan anak,tetapi tahukah bahwa setiap saat dia didoakan oleh segala makhluk, malaikat Dan seluruh makhluk ALLAH di muka bumi ini.

5. Dan tahukah jika ia mati karena melahirkan adalah syahid Dan surga menantinya.

6. Di akhirat kelak, seorang lelaki akan dipertanggungjawabkan terhadap 4 wanita, yaitu : Isterinya, ibunya, anak perempuannya dan saudara perempuannya. Artinya, bagi seorang wanita tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh 4 orang lelaki,yaitu : suaminya, ayahnya, anak lelakinya Dan saudara lelakinya.

7. Seorang wanita boleh memasuki pintu syurga melalui pintu surga yang mana saja yang disukainya, cukup dengan 4 syarat saja, yaitu:sembahyang 5 waktu, puasa di bulan Ramadhan, taat kepada suaminya Dan menjaga kehormatannya.

8. Seorang lelaki wajib berjihad fisabilillah, sementara bagi wanita jika taat akan suaminya, serta menunaikan tanggungjawabnya kepada ALLAH, maka ia akan turut menerima pahala setara seperti pahala orang pergi berjihad fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.

Masya ALLAH ! Demikian sayangnya ALLAH pada wanita
Ingat firman Nya, bahwa mereka tidak akan berhenti melakukan segala upaya, sampai Kita ikut / tunduk kepada cara-cara / peraturan Buatan mereka. (emansipasi Ala western)

Yakinlah, bahwa sebagai dzat yang Maha Pencipta, yang menciptakan Kita, maka sudah pasti Ia yang Maha Tahu akan manusia, sehingga segala Hukumnya / peraturannya, adalah YANG TERBAIK bagi manusia dibandingkan dengan segala peraturan/hukum buatan manusia.

Jagalah isterimu karena dia perhiasan, pakaian dan ladangmu, sebagaimana Rasulullah pernah mengajarkan agar Kita (kaum lelaki) Berbuat baik selalu (gently) terhadap isterimu.

Adalah sabda Rasulullah bahwa ketika kita memiliki dua atau lebih anak perempuan, mampu menjaga Dan mengantarkannya menjadi muslimah Yang baik, maka surga adalah jaminannya.
Berbahagialah wahai para muslimah. Jangan risau hanya untuk apresiasi absurd dan semu di dunia ini. Tunaikan Dan tegakkan kewajiban agamamu, niscaya surga menantimu. Amin..

(dikutip dari http://perionair.blogspot.com)

Minggu, 28 September 2008

Menyambut Hari Kemenangan Melawan Hawa Nafsu


Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H. Alhamdulillah, setelah sebulan lamanya kita menjalani ibadah puasa ramadhan, sampailah kita pada momen hari kemenangan yang dirindu-rindukan oleh segenap kaum mukminin di seluruh penjuru dunia. Bulan suci yang penuh rahmat dan berkah telah berlalu. Di Indonesia, siklus hidup yang sempat berubah drastis selama sebulan lamanya, kini telah normal kembali.

Fenomena ramadhan kemarin begitu khidmat. Masjid-masjid begitu semarak oleh kaum muslimin yang datang melaksanakan shalat berjamaah. Laki-laki, perempuan, tua dan muda, semuanya berbaur menjadi satu. Sebagian besar masyarakat Indonesia menjadi begitu religius. Harapan kita, semoga kebiasaan untuk melaksanakan shalat lima waktu, bangun tengah malam untuk bertahajjud, berpuasa sunnah, membayar zakat, dan menyantuni anak yatim dan fakir-miskin tidak berhenti sampai di sini saja, akan tetapi terus berkelanjutan hingga Sang Khalik memanggil kita kembali. Momentum ramadhan kemarin, diharapkan dapat meningkatkan kesetiakawanan sosial kita kepada sesama.

Bulan suci ramadhan yang telah kita lalui, sesungguhnya hanyalah media training atau pelatihan untuk kemudian menjadi bekal bagi kita dalam bertempur melawan hawa nafsu diri kita sendiri di medan yang sesungguhnya pada bulan ini dan bulan-bulan berikutnya. Oleh karenanya manfaat dan hasilnya baru dapat kita rasakan pada bulan-bulan yang akan datang.

Sedih juga rasanya. Kita tidak pernah tahu, apakah kita akan bertemu lagi dengan bulan suci ramadhan yang penuh berkah itu tahun depan atau itu adalah ramadhan yang terakhir buat kita. Oleh karenanya sebelum malaikat pencabut nyawa datang, mari kita manfaatkan pengalaman ramadhan kemarin untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya sebagai bekal di akhirat kelak ketika kita menghadap-Nya, Tuhan semesta alam. Insya Allah.

3 komentar

Larangan Mendekati Zina

Cinta adalah adalah anugerah Tuhan yang terindah, cinta itu suci dan halal, namun cinta bisa menjadi haram, apabila kita salah dalam mengamalkannya. Cinta yang tidak dipagari oleh ikatan perkawinan yang sah menurut syariat Islam adalah haram hukumnya.

Allah berfirman dalam Al-Quran, surah Al-Isra’ ayat 32 :

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang amat buruk.” (QS 17:32).

Dalam ayat tersebut sangat jelas dan tidak perlu penafsiran lagi bahwa Allah melarang kita untuk sekedar mendekati zina, apalagi sampai melakukannya. Larangan mendekati di sini bermakna preventif atau antisipatif. Mengapa zina tidak boleh didekati? Logika yang paling mungkin adalah karena Allah Maha Tahu bahwa orang yang mendekati zina tidak akan mungkin bisa selamat dari zina oleh karena lemahnya manusia dan hebatnya tipu daya syaitan.

Imam Ibn Katsir menafsirkan makna dari kata laa taqrabu adalah janganlah kalian mendekati dan melakukan perbuatan yang dapat menjadi sebab bagi terjadinya perzinaan atau mengajak kepada zina tersebut karena itu adalah merupakan dosa besar dan perbuatan yang amat buruk. Oleh karenanya, jelaslah bahwa semua perbuatan yang mendekati zina, seperti berduaan, memegang, saling memandang, dan seterusnya, hukumnya haram berdasarkan ayat ini.

Dalam ajaran dan sejarah islam tidak dikenal istilah pacaran, sehingga tidak dikenal pula istilah pacaran islami sebagaimana didengung-dengungkan oleh pihak-pihak yang ingin membenarkan pacaran yang dibungkus dengan istilah Islam, seakan-akan perbuatan tersebut sesuai dengan ajaran Islam, padahal Nabi dan para sahabatnya tidak pernah menganjurkan dan mencontohkan prilaku berpacaran. Rasulullah tidak pernah mengajarkan umatnya untuk berdua-duaan dengan lawan jenis tanpa didahului oleh ikatan perkawinan yang sah menurut syariat Islam. Ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah sangat memuliakan wanita, sehingga apabila ada seorang pria yang menyukai seorang wanita, maka wajiblah ia untuk datang melamar dan menikahi wanita yang dimaksud secara baik-baik menurut syariat Islam.

Demikianlah adanya, semoga Al-Quran dan Hadist dapat menjadi inspirasi bagi kita untuk introspeksi diri. Semoga di bulan ramadhan yang penuh berkah ini, Allah memberikan hidayah kepada kita untuk kembali ke jalan yang benar. Insya Allah.

Sabtu, 06 September 2008

Training Melawan Hawa Nafsu

Marhaban ya Ramadhan. Alhamdulillah, akhirnya ramadhan yang dirindu-rindukan oleh segenap kaum mukminin di seluruh penjuru dunia datang lagi. Bulan suci yang penuh rahmat dan berkah. Di Indonesia, siklus hidup akan berubah drastis. Seseorang yang tidak terbiasa bangun tengah malam, akan mulai membiasakan diri untuk bangun tengah malam, makan sahur, shalat subuh, kemudian berjuang menahan lapar dan haus hingga adzan magrib berkumandang.

Pada awal ramadhan, masjid-masjid yang biasanya sepi akan menjadi semarak oleh kaum muslimin yang datang melaksanakan shalat tarwih. Laki-laki, perempuan, tua dan muda, semuanya berbaur menjadi satu. Begitulah ramadhan, segalanya terasa begitu khidmat. Sebagian besar masyarakat Indonesia akan berubah menjadi begitu relijius, setidaknya untuk sepekan-dua pekan pertama ramadhan.

Bulan suci ramadhan ini sesungguhnya hanyalah media training atau pelatihan bagi kita untuk kemudian bertempur melawan hawa nafsu diri kita sendiri di medan yang sesungguhnya pada bulan-bulan berikutnya. Oleh karenanya, manfaat dan hasilnya baru dapat kita rasakan pada bulan-bulan setelah ramadhan berakhir.

Kita tidak pernah tahu, apakah kita akan bertemu lagi dengan bulan suci yang penuh berkah ini tahun depan atau ini adalah ramadhan yang terakhir bagi kita. Oleh karenanya sebelum malaikat pencabut nyawa datang, mari kita sambut dan manfaatkan ramadhan ini dengan sebaik-baiknya. Harapan kita, semoga dengan bulan suci ramadhan ini, kita bisa meraih rahmat dan berkah dari Allah sebagai bekal di akhirat kelak ketika kita menghadap-Nya, Tuhan semesta alam. Insya Allah.

(Adnan, 31 Agustus 2008)


5 komentar

Minggu, 17 Agustus 2008

Doa Buka Puasa

Zahabaazh zhama’u waabtallatil ‘uruuqu wasabtal ajru, insya Allah

Telah hilang dahaga, telah basah urat-urat, dan telah ditetapkan pahala, insya Allah.

(Hasan HR Abu Dawud VI/482&lainnya, Shahihul Jaami’ 4/209)

Doa Kesembuhan dari Sakit

A’uudzu billahi wa qudratihi min syarri maa ajidu wa uhadzir 7x

(dibaca sambil memegang bagian yang sakit)

Allahumma rabban naasi adzhibil ba’sa, isyfinii antasy-syaafii laa syifaa-a illa syifaa-uka syifaa-an laa yughadiru saqaman 3x

As’aluullaahal’azhiima, rabbal ‘arsyiil ‘azhiim, ayyasyfinii 7x

Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Rabb Pemilik Arsy yang Agung, agar menyembuhkanku.

Senin, 28 Juli 2008

A Mercy to The Worlds





The Prophet’s Masjid in the city of Madinah

The Prophet’s Masjid in the city of Madinah

Muhammad (peace and blessings be upon him) was an illiterate but wise and well-respected man, a member of the ruling Quraysh tribe, who was born in Makkah in the year 570 C.E.*, at a time when Christianity was not yet fully established in Europe. He was orphaned at an early age and then raised by his uncle Abu Talib. As Muhammad (peace and blessings be upon him) grew up, he became known for his truthfulness, generosity and sincerity, so that he was sought after for his ability to arbitrate in disputes. His reputation and personal qualities also led to his marriage at the age of 25 to Khadijah, a widow whom he had assisted in business. From then on, he became an important and trusted citizen of Makkah. Historians describe him as calm and meditative. Muhammad (peace and blessings be upon him) never felt content to be part of his society whose values were devoid of true religious significance. He never worshiped idols and never drank alcohol, although drinking was widespread in Arabian society at that time. It became his habit to retreat from time to time to meditate in the cave of Hira’ near the summit of Jabal An-Nur, the “Mountain of Light”, near Makkah. At the age of 40, while engaged in one such meditative retreat, Muhammad (peace and blessings be upon him) received his first revelation from Allah (God) through the Angel Gabriel (Jibril). This revelation, which continued for twenty-three years, is known as the Qur’an.
Muhammad and his group of followers suffered bitter persecution
The Early Message His first convert was his wife Khadijah, whose support and companionship provided necessary reassurance and strength. He also won the support of some of his relatives and friends. The basic themes of the early message were the majesty of the One, Unique God; the futility of idol worship; the threat of judgment; and the necessity of faith, compassion and morality in human affairs. All these themes represented an attack on the crass materialism and idolatry prevalent in Makkah at the time. So when he began to proclaim the message to others, the Makkans rejected him. He and his small group of followers suffered bitter persecution. Muhammad (peace and blessings be upon him) and his followers drew comfort from the knowledge revealed to him about other Prophets, such as Abraham, Joseph, and Moses, each of whom had also been persecuted and tested. Emigration The persecution by the Makkans grew so fierce that in the year 622 c.e., thirteen years after the beginning of the revelation, Allah (God) commanded the Muslims to emigrate. This event, the Hijrah (migration), in which they left Makkah for the city of Madinah, some 433 km (260 miles) to the north, marked the beginning of a new era and thus the beginning of the Muslim calendar. In Madinah the Muslims were able to live, worship, and spread their message in peace. During this period, the revelations of the Quran mainly dealt with the Muslims' relationships with family members, the community of believers, and the non-Muslims.
Within a century of his death, Islam had spread as far west as Spain and as far east as China
The Quraysh in Makkah continued their efforts to stop the growth of Islam and forced the Muslims to fight several battles. Finally a truce was called and the Treaty of Hudaybiyah was signed to bring an end to hostilities. When the Makkans broke the truce two years later, the Muslims set off to fight them. However, on seeing the size of the Muslim army, the Makkans surrendered. Prophet Muhammad (peace and blessings be upon him) and his followers entered the city peacefully, where they forgave their enemies and established Islam definitively. By the time the Prophet died at the age of 63, ten years after the Hijrah, the greater part of Arabia had accepted Islam. Within a century of his death, Islam had spread as far west as Spain and as far east as China. It was clear that the message was not limited to Arabs; it was for the whole of humanity. In the Qur’an, Allah describes Muhammad (peace and blessings be upon him) as (a mercy to the worlds) (21:107, Shakir’s translation). Although Muhammad is deeply loved, revered and emulated by Muslims as Allah’s final Messenger, he is not an object of worship.


(www.readingislam.com)